Bone, abrad.ddi.or.id.- Pondok Pesantren DDI Abrad Majang Watampone resmi dimulai pembangunannya pada Sabtu (21/12/2024) kemarin. Kegiatan itu ditandai dengan peletakan batu pertama yang dilakukan oleh beberapa pihak yang dihadirkan secara khusus. Mereka adalah unsur pengurus wilayah DDI Sulawesi Selatan yang diwakili oleh KH Ibnu Hajar Arief, pengurus daerah DDI Bone oleh KH. M. Idris Rasyid, waqifah lokasi pondok ibu Hj. Haeriyah dan tuan rumah pondok pesantren DDI ABRAD yang diwakili oleh ketua yayasan Andi Taufiq Eka Putra.
Baca juga: 3 Pengajar ABRAD Mengikuti PKU MUI Sulsel
Bertempat di kelurahan Majang Watampone peletakan batu pertama dilakukan di bawah rintik hujan yang semakin menyejukkan suasana. Sebagaimana nama ABRAD yang diambil dari kata bahasa Arab yang berarti lebih sejuk atau menyejukkan. Harapan pengurus ABRAD, di manapun ABRAD berada semoga bisa menjadi penyejuk suasana.
Rombongan pengurus ABRAD dan pengurus wilayah DDI Sulawesi Selatan meninggalkan kota Makassar menuju kota Bone sekira pukul 04.00 pagi. Diiringin hujan deras melintasi jalur berliku Camba dan drama terhalang pohon tumbang di tengah jalan wilayah Lappa Riaja Bone, memaksa harus menunggu lebih kurang 1 jam proses evakuasi pohon tersebut untuk bisa melanjutkan perjalanan. Walhasil tiba di Watampone dengan selamat dan tepat waktu sebagaimana rencana acara pukul 10.00-selesai.
Setelah beristirahat sejenak melepas penat, acarapun dimulai pada pukul 10.20 waktu Bone. Sambutan pertama dibawakan oleh tuan rumah penyelenggara pondok pesantren DDI ABRAD, yang mengingatkan kembali harapan dan cita-cita waqif untuk menghadirkan sebuah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis pesantren di atas lahan warisan orang tua waqif.
“Pada dasarnya kami insya Allah akan senantiasa mendukung harapan besar waqif untuk menghadirkan lembaga pendidikan Islam berbasis pesantren, dan hari ini kami pilih waktunya karena bertepatan dengan pengajian perdana Anre Gurutta Ambo Dalle di Mangkoso ketika baru tiba dari Wajo, 21/12/1938, yang sekaligus menjadi penanda lahir dan berdirinya Darud Da’wah wal Irsyad (DDI). Semoga semangat itu juga bisa menular berkahnya ke tempat ini. Semoga juga keberkahan yang dimulai 86 tahun silam itu bertuah di tempat ini.” papar Andi Taufiq.
Sambutan kemudian berlanjut ke waqif, Hj. Haeriyah, yang kemudian mengutarakan impian dan cita-citanya yang sejak dulu berniat membangun yayasan pendidikan agama yang indah dan asri.
“Saya sejak dulu bercita-cita mau punya yayasan pendidikan agama Islam, mau bangun pondok pesantren yang indah dan asri, tidak perlu besar yang penting bersih dan nyaman, yang datangpun pasti akan merasa nyaman.”
“Ini sepenuhnya saya dedikasikan untuk keluarga besar saya terkhusus kedua orang tua saya yang memang dekat dengan para ulama, utamanya ulama DDI. Keluarga besar dan warga sekitar sudah lama mendambakan kehadiran pondok pesantren di wilayah ini, bahkan tante saya juga siap mewaqafkan sawahnya dua petak yang terhubung langsung dengan lokasi ini, jika memang pondok ini beroperasi dan berjalan dengan baik.” tutur ketua Pengadilan Agama Wajo ini.
KH. M. Idris Rasyid, ketua DDI Bone sejak 2009, menaruh harapan besar pada ABRAD sebagai mitra penyelenggara pondok pesantren, “saya sebagai nazhir tentu mencari mitra yang ssaya anggap mampu dan memiliki kapasitas untuk menyelenggarakan pesantren, dan ABRAD saya kira sudah membuktikan diri di Makassar.”
Lanjut sekretaris umum MUI Bone ini, “saya juga teringat almarhum orang tua waqif yang dekat dengan para ulama, mungkin ini barakka’na, melalui jalan ini ke depannya mampu menghadirkan dan menciptakan ulama. sebagai informasi, di Bone ini banyak alumni DDI, ada Mangkoso, Kaballangan, dan DDI lain, yang tentu insya Allah akan memudahkan kita mencari tenaga-tenaga pendidik. Jika belum memadai nanti kita bantu cari pendidik-pendidik yang mumpuni.”
Pengurus Wilayah DDI Sulawesi Selatan diwakili oleh KH. Ibnu Hajar Arief dalam sambutannya menekankan beberapa hal: “yang pertama, perbaiki niatta semua, jika niat kita sudah baik insya Allah yakin dan percaya hasilnya juga akan baik. Yang kedua, mohon kepada yang hadir semua agar berpartisipasi aktif dalam proses perwujudan pondok pesantren ini, moril, materil dan do’a tentunya. Ketiga, bahwa ibu dan bapak tidak salah dalam memilih mitra pengelola pondok, ABRAD sudah membuktikan diri di Makassar, digawangi anak-anak muda DDI yang betul-betul konsen pada pengembangan dan pemeliharaan DDI. Dan Andi Taufiq ini bukan hanya paham ilmu agamanya, tapi juga tahu bagaimana mengelola lahan tidur ini jadi menjadi ladang pahala, insya Allah sudah cocok sekali. Keempat, dengan penuh perjuangan kita ada di tempat ini, hujan deras, banjr, pohon tumbang, meskipun kita hujan-hujanan di sini yakinlah ini hujan berkah dari Allah swt, berkahnya sebanyak tetas hujan yang jatuh di tempat ini.”
“Terakhir, mewakili pengurus wilayah, saya meminta kepada pengurus daerah Bone agar segera menggelar musyawarah daerah untuk menyegarkan kepengurusan, semoga bisa merangkul semua warga DDI yang ada di Bone. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan berkumpul di tempat ini dalam suasanya yang tidak lagi seperti saat ini, insya Allah.” tutup pendiri dan pemimpin pondok pesantren DDI Darul Mujahidin Maros ini.
Baca juga: Ketua DDI Sulsel: Adab Dulu Baru Ilmu
Kegiatan ini dihadiri oleh keluarga dan kerabat waqif, rombongan ABRAD, rombongan pengurus wilayah DDI Sulawesi Selatan, jajaran pengurus DDI Bone, pejabat kelurahan Majang dan warga sekitar.