Makassar-abrad.ddi.or.id. Sebagai lembaga pendidikan paling bungsu di bawah naungan Darud Da’wah wal Irsyad (DDI), pondok pesantren DDI Abrad merasa terhormat mendapat kunjungan salah satu saudara tua, pondok pesantren DDI Mattoanging Bantaeng pada Sabtu (02/12/2023).
Abdul Rahman Zain, direktur abrad, dalam sambutannya mengucapkan selamat datang di pondok pesantren DDI Abrad. Adalah sebuah kehormatan besar mendapat kunjungan dari salah satu pesantren DDI tertua di lingkup DDI ini. Gus Abraz, sapaan akrab kolega di pondok, kemudian memaparkan seputar pondok dimulai dari sejarah awal berdiri dan beroperasinya Abrad hingga model pendidikan dan materi pendidikan di dalamnya.
“Yang berbeda mungkin dari pesantren DDI yang lain, di Abrad ini kitab-kitab anre gurutta Ambo Dalle menjadi kitab ajar utama yang diajarkan ke seluruh santri. Sudah ada belasan kitab yang menjadi menu pembelajaran harian di Abrad ini. Ini juga upaya untuk melestarikan ajaran inti DDI yang diracik oleh anre gurutta Ambo Dalle.”
Lanjut penyandang doktor ilmu hadits ini “Di sini juga kami sedang memulai pengadaan museum anre gurutta Ambo Dalle. Di dalamnya berisi dokumentasi-dokumentasi awal tentang aktivitas DDI dan anre gurutta. Semoga ke depan kita juga bisa mendapatkan koleksi barang pribadi anre gurutta, mungkin ada di antara murid-murid beliau yang berkenan mempercayakan penyimpanannya pada kami.”\
Ahmad Rafiq, pemimpin rombongan yang berjumlah lebih kurang 100 orang yang terdiri pembina dan santri kelas 3 madrasah aliyah putra dan putri, dalam sambutannya berterima kasih atas kesediaan Abrad menerima rombongan DDI Mattoanging.
“terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan Abrad menerima kunjungan kami. Kehadiran kami di sini hendak belajar, karena kami dengar di Abrad, kitab-kitab anre gurutta Ambo Dalle menjadi bahan pembelajaran utama di pondok ini. Semoga kami juga di Bantaeng ada yang bisa kami jadikan materi utama juga.”
“Semoga juga kunjungan ini awal dari kerjasama yang baik bagi kedua pondok bersaudara ini. Misalnya ada program pertukaran santri antara DDI Abrad dan DDI Mattoanging, sehingga jalinan persaudaraan bisa lebih erat.”
Andi Taufq Eka Putra, ketua yayasan pondok pesantren Abrad, kemudian menimpali harapan DDI Mattoanging, “sangat memungkinkan untuk menjalin kerjasama itu, karena santri kami kelas 3 tingkat menengah pertama, saat ini sudah ada yang ditugaskan untuk mengabdi di tengah masyarakat. Mereka ditugaskan di salah satu cabang Abrad di Soppeng, yang mana tugas utamanya adalah mengajar tahsin dan tahfizh qur’an bagi putra-putri warga setempat, sekaligus menjadi pelaksana ibadah lima waktu, serta menghadiri semua undangan kegiatan masyarakat setempat.”
“Penugasan ini sesungguhnya adalah manifestasi dari metode yang dulu dilakukan oleh anre gurutta. Ketika ada daerah atau wilayah yang meminta dikirimi guru, oleh gurutta langsung menunjuk santrinya, Itu terus berlangsung hingga anre gurutta berpulang.”
“Saat ini, Abrad juga mendapat amanah dari pengurus besar DDI untuk menyelenggarakan Ma’had Aliy Addariyah dengan diterbitkannya SK Penyelenggaraan Ma’had Aliy, yang mana peserta angkatan pertama adalah semua pembina Abrad. Dan, materinya adalah kitab-kitab anre gurutta Ambo Dalle yang dipelajari bersama setiap minggunya untuk kemudian diajarkan kepada para santri. Hal itu juga untuk menyambungkan sanad ilmu bagi pembina yang bukan alumni dari pesantren DDI.” tutup ustadz teknokrat ini.
Sesi penutup jelang waktu zhuhur diisi dengan pemaparan sekilas tentang hajat kubra Semesta DDI oleh anggota panitia dan pembacaan do’a Barakat Addariyah oleh Muhammad Adlan, yang kemudian ditutup dengan pertukaran cenderamata dari masing-masing kubu serta foto bersama. Abrad secara khusus menyerahkan beberapa kitab anre gurutta Ambo Dalle yang telah diterbitkan ulang oleh Abrad. (MA)