Makassar, abrad.ddi.or.id.–Wakil Rektor III UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Ali Munhanif, MA, Ph.D, bersama Kepala Biro Kemahasiswaan, Dr. Hj. Sri Ilhami Lubis, Lc, M.Pd., memberi kuliah motivasi dan inspirasi di hadapan santri dan pembina, pada Selasa (04/11/2025), di Aula Pondok Pesantren DDI Abrad.
Kehadiran keduanya beserta rombongan beberapa staf dalam rangka mengunjungi beberapa alumni UIN Syarif Hidayatullah di Makassar yang dianggap punya peran signifikan dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di Sulawesi Selatan.
Baca juga: Stafsus Menag di ABRAD
Sesi motivasi dimulai oleh Sri Ilham Lubis yang berkisah tentang bagaimana perjuangannya ketika harus hijrah ke Mesir setamat SMP umum di Jakarta dan harus masuk Madrasah Aliyah Universitas Al-Azhar Kairo Mesir yang nota bene harus berbahasa Arab.
“Jadi, dalam benak saya, saya harus bisa menaklukkan bahasa ini, jadi mulailah saya berusaha keras menghafal kosa kata setiap hari harus ada penambahan, begitu seterusnya hingga akhirnya saya bisa masuk kuliah di Al-Azhar sampai lulus. Jadi kata kuncinya cuma satu, kesungguhan. Kita harus bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang kita cita-citakan.” terang putri Prof. Nabilah Lubis ini.

Berbeda dengan Sri Ilham Lubis, Prof. Ali Munhanif memulai dengan kisah perjuangannya di salah satu pesantren ternama di Jawa Tengah, Pesantren Pabelan di Magelang.
“Saya dulu masuk pesantren itu tahun 80an seperti anda ini, duduk ngaji, menghafal semua pelajaran. Jaman saya fasilitasnya belum seenak anda sekarang ini, ada MCK yang memadai, sumber air tinggal putar kran air, enak sekali. Saya dulu harus menimba angkat air dan sebagainya.”
“Sebagai anak petani dari desa kecil di Jawa, saya membulatkan tekad, kunci untuk keluar dari kemiskinan dan kesusahan ini hanya satu, berlajar sungguh-sungguh. Kalau saya tidak belajar, bagaimana saya bisa membuat orang tua saya bangga?”
“Setamat Madrasah Aliyah, saya lanjut ke IAIN Ciputat, dan di sinilah cakrawala saya semakin luas, sebelumnya belum pernah terlintas di pikiran akan kuliah ke luar negeri, belum pernah sama sekali.”
Baca juga: Salat Tanpa Wudhu’ dan Tayammum
Penyandang gelar magister dari Temple Univesity Amerika Serikat ini melanjutkan “Dan betul saja, dengan tekad yang kuat, semua bisa tercapai, bukan sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan.”
“Kita bisa sekolah ke mana saja tanpa mengeluarkan biaya, dengan apa? Beasiswa. Sekarang banyak sekali tawaran beasiswa, bahkan ada yang bilang, penyedia beasiswa itu lebih banyak dari yang nyari beasiswa, saking banyaknya. Dan sekarang informasi beasiswa itu membanjir, beda jama saya dulu, harus betul-betul dicari. Jadi tanamkan cita-cita setinggi langit, ga ada ruginya, orang gak bayar kok, bercita-cita itu gratis, jangan tanggung kalau bercita-cita.”
Jadi saya punya harapan besar, dari Pondok Pesantren Abrad ini, ada juga yang akan kuliah ke Mesir, Yaman, Tunisia, Amerika, Belanda, Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Dan bekal utama untuk bisa ikut seleksi beasiswa cuma satu, kemampuan bahasa, utamanya bahasa Arab dan Inggris. Kalau negara-negara Arab ya otomatis bahasa Arab, Kalau Amerika dan Eropa umumnya bahasa Inggris. Tidak bisa ditawar ini, harus sifatnya.” tutup doktor Ilmu Politik dari McGill University Montreal Kanada ini.
