Sunday, November 9, 2025

Koordinator Stafsus Menag di ABRAD

Must read

Makassar, abrad.ddi.or.id.– Koordinator Stafsus Menteri Agama RI, Faried F. Saenong, mengunjungi Pondok Pesantren ABRAD pada Kamis (24/07/2025). Kunjungan ini dalam rangka memenuhi undangan Penutupan Masa Inisiasi Lingkungan Pondok Pesantren (MANISNA PONTREN) yang diselenggarakan dari 21-23 Juli 2025 sebagai pembuka kegiatan bagi semua santri baru.

Baca juga: Bule Amerika Ngajar di ABRAD

Faried, sapaan akrabnya, membuka dengan pesan bahwa kehadiran kalian di pesantren ini adalah pembuka keberkahan yang akan membawa kehidupan yang cerah di masa yang akan datang.

“Karakter santri yang kuat itu adalah kegigihan menuntut ilmu, siap ke mana saja menuntut ilmu mencari dan menjelajahi guru-guru baru untuk belajar.”

Semangat menuntut ilmu itu juga sudah dicontohkan oleh para nabi terdahulu. Alumni Australian National University ini kemudian mengisahkan riwayat nabi Musa dalam menuntut ilmu.

Serah terima cenderamata berupa kitab-kitab karya AGH Abdurrahman Ambo Dalle kepada Koordinator Stafsus Menteri Agama RI, Faried F. Saenong.

Beliaulah orang terpintar di masanya, punya fisik kuat, pengetahuan luas, orang terbaiklah di masanya sehingga diangkat sebagai nabi oleh Allah SWT. Tapi karena itulah Allah kemudian menegur Musa dengan menyampaikan bahwa ada seorang hambaku yang lebih pintar dari kamu.

Rasa penasaran itu kemudian membuat Musa berusaha keras untuk menelusuri dan mencari tahu siapa sosok itu. Hingga kemudian Allah SWT memberi isyarat bagaimana cara menemui hamba ini.

Lalu kemudian itulah yang diabadikan oleh Allah SWT dalam surah Al-Kahfi, bagaimana Musa dipecundangi oleh hamba Allah yang pintar itu yang oleh para mufassir disebutkan sebagai nabi Khidir alayhis salam.

Asisten Prof. Quraish Shihab ketika menjabat sebagai Dute Besar Mesir untuk Indonesia ini kemudian lalu mengisahkan bagaimana pengabdian pada guru akan membawa keberkahan dalam hidup kita.

Baca juga: Mangkoso terima tamu dari Mesir

“Kalau ada kewajiban untuk mengabdi pada guru, kyai, ustadz, satu dua tahun, tidak apa-apa, itu akan menjadi pintu keberkahan. Itu yang saya rasakan, setelah mengabdi pada guru hidup saya terasa hampir tidak ada kesulitan, semua urusan lancar, saya hingga usia 30an tahun masih hidup dari beasiswa, dan itu datang silih berganti, bahkan ada 2 program magister yang saya tinggalkan untuk program beasiswa lainnya.”

“Poin penting yang ingin saya sampaikan adalah bahwa menuntut ilmu itu penting dan butuh waktu yang lama, perlu kesungguhan dan kegigihan, pantang menyerah, itulah yang dilalui Musa untuk berguru ke hamba Allah yang pintarr bahkan ke tempat yang belum ia ketahui sama sekali.”

Terakhir, inilah modal kita sebagai santri bagaimana kita gigih, kuat berjuang selalu, tak kenal menyerah, bisa dibandingkan nanti saat keluar dari pondok dengan teman-teman kalian yang tidak pernah jadi santri, pasti kalian lebih gigih, dan kegigihan itu masih lebih penting dari kecerdasan. Kalau sudah pintar dan gigih pasti akan sampai ke puncak.”

“Beberapa professor saya di Australia pernah menyatakan langsung ke saya bahwa jika saya diminta untuk membimbing mahasiswa antara yang santri dan non santri, pasti saya akan memilih santri, karena saya sudah tau bagaimana kegigihan mereka. Saat ini, sudah banyak sekali santri yang membawa pengaruh besar di luar negeri, di perguruan-perguruan tinggi ternama, jadi guru besar, dan itu latar belakang santri, jauh melampaui mereka yang bukan santri.”

- Advertisement -spot_img

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest article

ABRADCASTING ONLINE TV